Sahabat
Jika hari ini
Aku terlalu gembira
Sadarkanlah aku dengan Firman-firman Allah
Jika aku bersedih tanpa kata
Bujuklah aku dengan tarbiyah Pencipta
Jika aku lemah tak berdaya
Ingatkanlah aku dengan kehebatan Syurga
Jika antara kita
ada tembok yang memisahkan
ajaklah aku untuk menghilangkannya
Jika pernah hatimu terluka
tegurlah agar aku berubah
dan jika esok ku terlena tanpa terjaga
iringlah lenaku dengan kalungan do'a
Berjanjilah sahabat,
Ukhuwah kita untuk selamanya........
Minggu, 30 Desember 2007
Jika aku........
Diposting oleh Kulo Nuwun di 20.30 0 komentar
Label: Ungkapan hati
Jumat, 21 Desember 2007
Kasih Ibunda
Bagaikan air hujan menyejukkan
Lepaskan dahaga pohon kerontang
Suburkan jiwa - jiwa yang hampa
Alirkan sungai kasih sayang-Mu
Perjalanan hidup seorang ibu
Penuh derita susah nan payah
Bersabar menapaki takdirnya
Tulusanya hati cinta ibunda
Bagaikan malam tiada berbintang
Terasa gelap sehitam arang
Bila tiada belai kasihmu
Bila tiada cinta ibunda
YA Alloh Ya Tuhanku
Apunilah dosa - dosanya
Jadikan ia ahli syurgamu
YA Alloh Ya Tuhanku
Terima amal budinya
Moga selamat dunia akhirat
-tazakka-
Diposting oleh Kulo Nuwun di 20.38 0 komentar
Label: Hikmah
Minggu, 16 Desember 2007
Ikhtiar dan Tawakkal
Di dalam kehidupan ini, ada empat kemungkinan yang dapat kita jumpai di dalam urusan berikhtiar, apapun bentuk ikhtiar yang kita dilakukan. Kemungkinan pertama, seringkali kita temui orang yang berusaha dan berhasil. Kemungkinan kedua, ada juga orang yang walaupun telah berusaha dengan sekuat tenaga, tetapi kemudian tujuannya tidak tercapai. Yang ketiga, walau pun agak jarang tetapi ada juga orang yang sebenarnya tidak berusaha, atau usaha yang dilakukannya itu minimal, tetapi juga berhasil. Yang terakhir, lebih sering kita jumpai orang yang tidak berusaha, dan tidak berhasil. Jadi, ada orang yang berusaha, berhasil; ada yang berusaha tetapi tidak berhasil; tidak berusaha, berhasil dan terakhir, tidak berusaha, tidak berhasil.
Keempat fakta ini menunjukkan kepada kita, bahwa kita tidak bisa dengan pasti mengetok palu, memastikan bahwa keberhasilan yang kita akan peroleh berbanding sejajar dengan usaha yang kita lakukan. Kalau hal ini kita yakini, maka kita cenderung tidak akan mau menerima kegagalan yang kita terima. Yang harus kita yakini adalah kita hanya berkewajiban berusaha, berusaha dengan segenap kemampuan kita untuk mencapai suatu tujuan. Kemudian setelah kita berusaha dengan maksimal, hasilnya kita serahkan kepada kehendak Ilahi.
Konsep yang harus kita tanamkan di dalam berusaha adalah la haula wa la quwwata illa billah, tiada daya dan kekuatan selain daya dan kekuatan milik Allah. Setelah berikhtiar, kita serahkan kepada Allah, bukan menyombongkan jerih-payah, upaya yang telah kita lakukan. Maka kalau konsep ini sudah tertanam di dalam jiwa kita, ketika berhasil kita tidak lantas bersorak, mengepalkan tinju tinggi-tinggi sambil berteriak, yes! Tidak lupa diri, tetapi justru segera mengingat Allah mengucap syukur memuji karunia-Nya. Sebaliknya, ketika gagal kita tidak lantas menekuk muka, putus asa menganggap kegagalan sebagai akhir segalanya. Tetapi kita lantas segera muhasabah, introspeksi diri mencari penyebab kegagalan untuk perbaikan di masa datang, sambil mengingat bahwa semua cobaan datang dari Allah, dan di balik kesulitan terdapat hikmah, kebaikan.
Yakinlah, bahwa walau pun gagal, usaha yang telah kita lakukan akan dinilai sebagai suatu kebaikan di sisi Allah. Sebuah hadis menjelaskan kepada kita, dengan makna bahwa seandainya kita mempunyai pengetahuan yang sangat jelas bahwa esok akan datang hari kiamat, sedangkan di tangan kita terdapat sebutir biji kacang, kita dilarang untuk membuangnya. Tetapi kita disuruh untuk menanamnya walau pun kita tahu betul bahwa esok akan kiamat. Bukan hasil yang dilihat oleh Allah SWT, akan tetapi jerih payah kita menanam biji kacang itulah yang akan dicatat sebagai suatu kebaikan.
Sekali lagi, mari kita tanamkan konsep la haula wa la quwwata illa billah di dalam setiap bentuk usaha kita agar ketika berhasil kita tidak lantas sombong, lupa daratan, dan tidak terpuruk ketika gagal.
Wallahu a'lam bishowab
dikutip dari Ishak "kumpulan Tulisan Dakwah di Tambang"
Diposting oleh Kulo Nuwun di 19.24 0 komentar
Label: Renungan
Senin, 03 Desember 2007
Keutamaan Bulan Dzul Hijjah
Ga kerasa yach.... sekarang sudah Dzul Qoidah ato kalau orang Jawa bilang bulan Apit (ga tau juga kenapa di namakan bulan Apit, mungkin karena mengapit bulan Syawal sama bulan Dzulhijjah ya....hehehe sukanya asal aja ni mendefinisikan sesuatu ^_^,,,, next ah) berarti bulan Dzul Hijjah sebentar lagi donk, alias Idhul Adha tinggal menghitung hari (kaya' KD aja menghitung hari). Tapi apa aja yang akan dipersiapkan menyambut Idhul Adha... (periksa dompet wat beli pakaian baru, sepatu baru, kerudung baru ....gubraaaak..... konsumenisme itu namanya #%^*&@#$^&).
Bulan Idhul Adha adalah bulan yang penuh dengan keutamaan dan kebaikan. Sangat sayang apabila dilewatkan begitu saja apalagi tanpa kita melakukan apa-apa untuk semakin mendekatkan diri pada-Nya, eman-eman....Berikut ini saya kutipkan keutamaan-keutamaan bulan Dzulhijjah. Banyak hadits yang berbicara tentang keutaaman bulan Dzul Hijjah, keutamaan-keutamaan bulan Dul Hijjah diantaranya adalah :
1. Bulan yang tidak memiliki kekurangan
Dari Abu Bakrah radhiyallâhu ‘anhu, dari Nabî Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam beliau bersabda : “Dua bulan yang tidak memiliki kekurangan, adalah bulan ‘îd Ramadhân dan Dzul Hijjah.” (Muttafaq ‘alaihi).
2. Bulan disempurnakannya agama Islâm
Dari ‘Umar bin al-Khaththâb radhiyallâhu ‘anhu, bahwa seorang Yahudi berkata kepada beliau, “Wahai Amîrul Mu’minîn, ada satu ayat di dalam kitab kalian yang kalian membacanya, sekiranya ayat tersebut turun pada Yahudi niscaya akan kami jadikan hari ‘îd (perayaan) kami.” ‘Umar bertanya, “Ayat yang manakah?” Yahudi itu berkata, “yaitu ayat yang berbunyi, ‘Pada hari ini telah kusempurnakan
untuk kalian agama kalian dan aku cukupkan nikmat-Ku kepada kalian serta Aku Ridhai Islam sebagai agama kalian.’‘Umar radhiyallâhu ‘anhu berkata, “kami telah mengetahui hari dan tempat diturunkannya ayat ini kepada Nabî Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam, dan beliau saat itu sedang berdiri (berkhutbah) di ‘Arofah pada hari Jum’at.” (Muttafaq ‘alaihi). Hari ‘Arofah adalah pada bulan Dzul Hijjah.
3. Bulan yang di dalamnya ada sepuluh hari yang ibadah di dalamnya lebih mulia daripada jihad
Dari Ibnu ‘Abbâs radhiyallâhu ‘anhuma beliau berkata, Rasūlullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Tidak ada hari-hari untuk beramal shâlih di dalamnya yang lebih dicintai oleh Allâh melebihi daripada sepuluh hari ini.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasūlullâh, tidak pula jihad fî sabîllâh?”. Rasūlullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Tidak pula jihâd fî sabîllîllâh Kecuali seorang lelaki yang keluar jiwa dan hartanya (untuk berperang), dan ia tidak kembali membawa sesuatu apapun.” (HR Bukhârî). Maksudnya sepuluh hari pada awal bulan Dzul Hijjah.
4. Bulan yang di dalamnya terdapat hari Arafah yang apabila berpuasa pada hari tersebut, niscaya dosanya setahun sebelumnya dan sesudahnya diampuni oleh Allâh
Dari Abî Qotâdah radhiyallâhu ‘anhu, Rasūlullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam bersanda : “Puasa Arafah, saya mengharapkan kepada Allâh agar mengampuni dosa setahun sebelumnya dan setahun setelahnya…” (HR Muslim)
5. Bulan yang di dalamnya terdapat hari ’idhul Adha dan hari Tasyrik yang merupakan hari makan dan minum.
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallâhu ‘anhu beliau berkata : Rasūlullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Hari ‘Arofah, hari an-Nahr (‘îdhul adhâ dan hari taysrîk merupakan ‘îd (perayaan) kami ummat Islâm, yaitu hari makan dan minum.” (HR Muslim)
6. Bulan yang tidak ada hari di dalamnya, Allah lebih banyak menyelamatkan hamba-Nya dari siksa neraka
Dari ‘A`isyah radhiyallâhu ‘anhâ beliau berkata : Sesungguhnya Rasūlullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Tidak ada hari yang lebih banyak Allâh membebaskan hamba dari neraka selain pada hari ‘Arofah.” (HR Muslim).
7. Bulan yang di dalamnya terdapat hari haji besar
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhum・ bahwa Rasūlullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam berwukuf pada harian-Nahar (hari penyembelihan/’îdhul adhâ di antara tempat melempar jumrah (baru kerikil) pada saat beliau sedang berhaji, kemudian beliau berkata : “Hari apa sekarang?” Para sahabat menjawab, “hari an-Nahar”. Lantas Nabi bersabda : “Hari ini adalah hari haji besar.” (HR Bukhari).
8. Bulan yang di dalamnya terdapat hari yang paling agung
Dari ‘Abdullâh bin Qorth dari Nabî Shallâllâhu alaihi wa Sallam beliau berkata : “Sesungguhnya hari yang paling agung di sisi AllâhTabâroka wa Ta’âlâ adalah hari an-Nahar (‘îdhul adhâ dan hari al-Qurr (sehari setelah ‘îdhul adhâ tanggap 11 Dzhul Hijjah).” (HR Ahmad).
SUNNAH-SUNNAH DI DALAM BULAN DZULHIJJAH
Pada bulan yang mulia ini, ada beberapa hal yang dituntunkan oleh Nabî Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam, diantaranya adalah :
1. Berpuasa sunnah pada 9 hari awal di bulan Dzul Hijjah
“Adalah Rasūlullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam berpuasa pada 9 hari Dzulhijjah, hari ‘Asyurâ, tiga hari pada setiap bulan, senin pertama setiap bulan dan Kamis.” (HR Abū Dâwud dan an-Nasâ’î).
2. Puasa ‘Arofah selain yang melaksanakan Haji
Dari Abî Qotâdah radhiyallâhu ‘anhu, Rasūlullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Puasa Arafah, saya mengharapkan kepada Allâh agar mengampuni dosa setahun sebelumnya dan setahun setelahnya…” (HR Muslim)
3. Melaksanakan Haji bagi yang mampu
Dari ‘Abdullâh bin ‘Umar radhiyallâhu ‘anhumâ bahwa Rasūlullâh Shallâllhu ‘alaihi wa Sallam berwukuf pada harian-Nahar (hari penyembelihan/’îdul adhhâ di antara tempat melempar jumrah (baru kerikil) pada saat beliau sedang berhaji, kemudian beliau berkata : “Hari apa sekarang?” Para sahabat menjawab, “hari an-Nahar”. Lantas Nab・bersabda : “Hari ini adalah hari haji besar.” (HR Bukhârî).
4. Melakukan ‘amal Shalih terutama pada 10 hari awal Dzul Hijjah
Dari Ibnu ‘Abbâs radhiyallâhu ‘anhuma beliau berkata, Rasūlullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Tidak ada hari-hari untuk beramal shâlih di dalamnya yang lebih dicintai oleh Allâh melebihi daripada sepuluh hari ini.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasūlullâh, tidak pula jihâd fî sabîillâh?”. Rasūlullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Tidak pula jihâd fî sabîlillâh. Kecuali seorang lelaki yang keluar jiwa dan hartanya (untuk berperang), dan ia tidak kembali membawa sesuatu apapun.” (HR Bukhârî).
Amal Shâlih ini bisa berupa sholat sunnah, shodaqoh, puasa,tilâwatul Qur`ân, dan selainnya.
5. Berkurban bagi yang memiliki kemampuan
Semoga kita selalu istiqomah di jalan-Nya.....amiin yaa Rabb....
dikutip dari Bekal-bekal Idhul Adha oleh Abu Salma Al-Atsari
Diposting oleh Kulo Nuwun di 21.13 0 komentar