Google

Senin, 26 Mei 2008

Karena Mimpi Melihat Neraka

Pada zaman Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam, jika para sahabat yang mulia bermimpi, biasanya mereka akan mengadukan dan menceritakannya kepada Baginda Rasul. Suatu malam, seorang sahabat nabi yang masih remaja bernama Abdullah bin Umar radhiallahu anha, pergi ke Masjid Nabawi. Dia membaca Al Qur'an sampai kelelahan. Setelah cukup lama membaca Al Qur'an, dia hendak tidur.

Seperti biasa, sebelum tidur dia menyucikan diri dengan cara berwudhu, baru kemudian merebahkan badan dan berdo'a, "Bismika Allahumma ayha wa bismika amutu ; ya Allah dengan nama-Mu aku hidup dan dengan nama-Mu aku mati."

Demikianlah, Baginda Rasul menuntunnya cara tidur yang baik. Sehingga, dalam tidur pun, malaikat masih mencatatnya sebagai orang yang tidak lalai. Dengan menyucikan diri, ruh orang yang tidur akan mendapatkan hikamh dan siraman do'a para malaikat.

Sambil pelan-pelan memejamkan mata, Abdullah bin Umar terus bertasbih menyebut nama Allah hingga akhirnya terlelap. Di dalam tidurnya yang nyenyak, dia bermimpi.

Dalam mimpinya, dia berjumpa dengan dua malaikat. Tanpa berkata apa-apa, dua malaikat itu memegang kedua tangannya dan membawanya ke neraka. Dalam mimpinya, neraka itu bagai sumur yang menyalakan api berkobar-kobar. Luar biasa panasnya. Di dalam neraka itu, dia melihat orang-orang yang telah dikenalnya. Mereka terpanggang dan menanggung siksa yang tiada tara pedihnya.

Menyaksikan neraka yang mengerikan dan menakutkan itu, Abdullah bin Umar seketika berdo'a, "Audzubillahi minannaar ! Aku berlindung kepada Allah dari api neraka."

Setelah itu, Abdullah bertemu dengan malaikat lain.
Malaikat itu berkata, " Kau belum terjaga dari api neraka ! "

Pagi harinya, Abdullah bin Umar menangis mengingat mimpi yang dialaminya. Lalu, dia perdi ke rumah Hafshah binti Umar, istri Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Dia menceritakan perihal mimpinya itu dengan hati cemas.

Setelah itu, Hafsah menemui Baginda Nabi dan menceritakan mimpi saudara kandungnya itu pada beliau.

Seketika itu, beliau bersabda, "Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah bin Umar kalau dia mau melakukan shalat malam ! "

Mendengar sabda Nabi itu, Hafshah bergembira.

Dia langsung menemui adiknya, Abdullah bin Umar, dan berkata, "Nabi mengatakan bahwa kau adalah sebaik-baik lelaki jika kau mau shalat malam. Dalam mimpimu itu, malaikat yang terakhir kau temui mengatakan bahwa kau belum terjaga dari api neraka. Itu karena kau tidak melakukan shalat tahajud. Jika kau ingin terselamatkan dari api neraka, dirikanlah salat tahajud setiap malam. Jangan kau sia-siakan waktu sepertiga malam; waktu di mana Allah Subhanahu wa ta'ala memanggil-manggil hamba-Nya; waktu ketika Allah mendengar do'a hamba-Nya."

Sejak itu, Abdullah bin Umar tidak pernah meninggalkan shalat tahajud sampai akhir hayatnya. Bahkan, kerap kali dia menghabiskan waktu malamnya untuk shalat dan menangis di hadapan Allah Subhanahu wa ta'ala. Setiap kali mengingat mimpinya itu, dia menangis. Dia berdoa kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka.

Apalagi jika dia juga ingat sabda Baginda Nabi Shalallahu'alaihi wa sallam, "Sesungguhnya, penghuni neraka yang paling ringan siksaannya pada hari kiamat adalah seseorang yang diletakkan pada kedua tapak kakinya bara api yang membuat otaknya mendidih. Dia merasa tidak ada orang lain yang lebih barat siksanya daripada dia. Padahal, sesungguhnya siksa yang ia terima adalah yang paling ringan di dalam neraka."

Dia berusaha sekuat tenaga untuk beribadah kepada Allah, mencari ridha Allah, agar termasuk hamba-hamba-Nya yang terhindar dari siksa neraka dan memperoleh kemenangan surga.

Akhirnya, dia bisa merasakan betapa nikmatnya shalat tahajud. Betapa agung keutamaan shalat tahajud. Tidak ada yang lebih indah dari saat-saat ia sujud dan menangis kepada Allah pada malam hari.


Dikutip dari: - Ketika Cinta Berbuah Surga - Habiburrahman El Shirazy

Read More..